Wednesday, July 16, 2008

sasha lagi main di Jatinangor Town Square (jatos)





Photo-photo Terbaruku .....




Tuesday, February 12, 2008

Saat Kenangan Diwisuda Tahun 2002 bersama Calon Isteri dan Teman2

Saat-saat setelah diwisuda kemudian diphoto bersama calon isteri tahun 2002. Photo temanku, sebelah kanan adalah Fredy dan sebelah kiri adalah Rano.

Sasha Bergaya untuk Sahabat Kecil

Nama lengkapku adalah Khansa Fakhirah Darmawan. Orang tuaku sering memanggilku adalah Sasha. Saat aku diphoto ini pada saat usiaku menginjak 3,5 tahun. Aku sendiri terlahir di Bandung tepat tanggal 7 Februari 2004. Jadi baru dua mingguan aku merayakan ulang tahunku yang ke empat tahun secara sederhana bersama ayah, ibu, mamah, dan kakek. Jika ada sahabat-sahabat yang mau berkenalan dapat berkunjung ke rumahku di komplek Tamansari Manglayang Regency Blok C2 No 68, Desa Cimekar Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Sementara sebelum aku tinggal di alamat tersebut, aku dan orang tuaku tinggal di rumah mamah yang beralamatkan di Jl Sukapura Gg Sirsak Rt 03 Rw 01 Kelurahan Sukapura Kecamatan Kiaracondong (seperti tertera dalam alamat KTP ayah). Saat ini hobiku yang paling disukai adalah menyanyi, menggambar, dan menari. Terima kasih. ***

Friday, February 1, 2008

Kebijakan Orde Baru Terhadap Masyumi dan Islam Politik

Oleh : Yusril Ihza Mahendra

Mantan Mensesneg

Secara politik Islam dikalahkan, namun kesadaran keislaman terasa makin kuat di mana-mana. Kesempatan pendidikan yang luas yang diberikan oleh Orde Baru telah membuka peluang anak-anak Muslim untuk menempuh pendidikan. Tanpa disadari jumlah mereka sangat besar. Mereka mulai mengisi jajaran birokrasi, militer, dan kekuatan politik yang secara resminya sebenarnya waswas dengan Islam ideologis dan gerakan politik Islam. Usaha pemerintah untuk melakukan sekularisasi hukum perkawinan, misalnya, mendapat tentangan luas. Dalam situasi Islam mendapat tekanan, maka kesadaran terhadap Islam muncul ke permukaan.

Saya masih ingat suatu ketika Profesor Slamet Imam Santoso dan Profesor Selo Sumardjan mengatakan kepada saya kekecewaan terhadap Pemerintah Orde Baru yang mereka nilai menekan Islam. ''Lha, walau saya ini cuma Islam abangan, yang nggak pernah shalat, tetapi kalau Islam itu dimacem-macemin, saya juga tidak rela,'' kata Profesor Selo suatu ketika. ''Sebagai orang Islam, saya merasa tersinggung,'' kata beliau. Saya sangat heran dengan ucapan Prof Selo, karena selama kami menjadi mahasiswa kami tak pernah merasa beliau dekat dengan kelompok Islam.

Prof Slamet Imam Santoso juga begitu jengkel pada kebijakan anti-Islam Menteri Pendidikan Daoed Joesoef. Beliau bersama-sama Prof HM Rasjidi dan Prof Osman Raliby mengambil inistaif menatar dosen-dosen Agama Islam di UI agar mampu mengajarkan Islam dalam bahasa yang dimengerti oleh mahasiswa dari berbagai fakultas. Gejala serupa tampaknya terjadi di mana-mana. Saya sendiri, yang berlatar belakang pendidikan hukum dan filsafat ikut direkrut untuk mengajarkan Agama Islam dengan pendekatan yang lebih intelektual.

Puncak dari sikap anti-Islam ideologis dan politis dari Orde Baru adalah tatkala terjadinya Peristiwa Tanjung Priok. Sebelum itu berbagai operasi intelijen di bawah komando Benny Moerdani telah merekayasa berbagai gerakan ekstrem seperti Komando Jihad dan pembajakan pesawat terbang Woyla. Saya sendiri ketika itu bekerja di lembaga riset LIPPM yang dipimpin Anwar Harjono. Mohammad Natsir setiap hari datang berkantor ke lembaga ini. Sjafruddin Prawiranegara, Mohamad Roem, dan Boerhanoeddin Harahap juga sering datang. Pergaulan saya dengan mereka sangat dekat, sehingga saya pun sering dituduh sebagai ekstrem kanan. Setelah mereka ikut menandatangani Petisi 50, banyak pula tokoh lain seperti Ali Sadikin dan Hoegeng sering datang. Sejak 1978, kami tegas menentang asas tunggal Pancasila dan P4. Sampai P4 dihentikan di masa Presiden Habibie, saya tak pernah mau ikut penataran P4. Ini sama sekali tidak berarti kami menolak Pancasila sebagai falsafah negara.

Tak ada yang menyangsikan bahwa sikap anti-Islam ideologis dan politis di bawah Orde Baru ini tanpa arahan, atau paling tidak di bawah pengetahuan Presiden Soeharto. Soeharto sendiri berasal dari kalangan Jawa Abangan, walau di masa kecil pernah belajar di sekolah Muhammadiyah dan aktif belajar mengaji serta tidur di masjid di kampungnya. Namun, pemahaman Soeharto terhadap agama tergolong minim, begitu juga ketaatannya dalam menjalankan ibadah agama. Sampai akhir dekade 1980-an, rakyat tak pernah tahu apakah beliau mengerjakan shalat Jumat atau tidak. Tak pernah beliau tampak pergi menunaikan shalat di Masjid Baiturrahim di Istana Negara atau masjid lainnya. Walau begitu, Soeharto selalu mengucapkan salam baik di awal maupun di akhir pidatonya, meskipun di dalam teks ucapan salam itu tidak ada. Soeharto dan Ibu Tien hanya tampak menghadiri acara Nuzul Quran di Istana negara, dan peringatan Isra Mi'raj dan Nuzul Quran di Masjid Istiqlal. Dalam ucapan lisannya sehari-hari Soeharto lebih banyak mengutip mutiara-mutiara falsafah Jawa --terutama Ronggowarsito-- daripada merujuk kepada khazanah ajaran Islam.

Kesadaran Soeharto terhadap Islam mulai tumbuh ketika usianya kian senja. Dalam Muktamar Muhammadiyah di Solo pada 1985, tanpa diduga Soeharto mengatakan bahwa dia bersyukur pernah mengenyam pendidikan Muhammadiyah. Padahal, kata-kata itu tidak ada dalam teks pidato resminya yang disiapkan Mensesneg Moerdiono. Warga Muhammadiyah seolah mendapat angin segar. Saya mendengar sejak itu ada pengajian agama Islam yang dilakukan diam-diam di rumah Soeharto. Pelan-pelan Soeharto mulai menampakkan sosok keislamannya. Dia mendukung upaya Munawir Sadjzali untuk menciptakan UU Peradilan Agama pada 1989, dan kemudian mengeluarkan Instruksi Presiden tentang Kompilasi Hukum Islam. Dua hal semacam ini hampir mustahil terjadi di awal maupun di pertengahan usia Orde Baru.

Dalam usia yang menjelang tua, Soeharto mulai menyadari bahwa Islam di Indonesia adalah kekuatan yang tak mungkin diabaikan, apalagi harus ditekan dan dipinggirkan. Hasil pembangunan sosial, pendidikan, dan ekonomi telah menyebabkan mobilitas vertikal anak-anak Islam dalam jumlah yang besar. Masyumi boleh dihadang, namun anak-anak keluarga Masyumi muncul di kampus-kampus sebagai akademisi yang andal dan berpengaruh. Di kalangan militer, anak-anak orang Masyumi telah menjadi perwira tinggi, demikian pula di jajaran birokrasi. Generasi tua Masyumi memang mulai surut ke belakang, namun anak-anak mereka, termasuk anak-anak ideologisnya mulai muncul ke permukaan. Mereka membawa kesadaran baru tentang Islam. Tidak selalu berwajah politik, kadangkala lebih bersifat kultural dan intelektual.

Menghadapi fenomena baru yang terjadi di akhir dekade 80-an dan awal 90, Soeharto mulai mendekat dan mengakomodasi Islam, walau tetap hati-hati pada kemunculan kekuatan ideologis dan politisnya. Dia merestui kelahiran ICMI dan memberi kesempatan kepada BJ Habibie untuk memimpin organisasi itu. Dia pergi haji, suatu hal yang tak terbayangkan akan dilakukannya. Soeharto juga mendirikan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila untuk mendukung pembangunan masjid di seluruh pelosok Tanah Air. Dia juga mendukung berdirinya Bank Muamalat, sebagai simbol bahwa Islam mulai merambah ke bidang ekonomi. Perubahan arah politik Orde Baru di saat menjelang akhir keruntuhannya, tentu menimbulkan ketidaksenangan kelompok-kelompok sekuler-pragmatis dan kelompok-kelompok non-Muslim, yang selama ini telah memanfaatkan Orde Baru untuk memperoleh manfaat yang besar. Keadaan ini, sebenarnya adalah suatu evolusi sosial yang tak terhindarkan. Semakin tua, Soeharto semakin menyadari kenyataan bahwa dirinya adalah seorang Muslim. Soeharto mulai shalat Jumat di Masjid Baiturrahim, suatu hal yang tak pernah terjadi sebelumnya. Di luar dirinya, dia menyaksikan tumbuhnya kekuatan baru Islam yang lebih segar, tidak berwajah terlalu politis seperti yang dikhawatirkannya, namun potensinya untuk memberikan warna keislaman pada wajah keindonesiaan cukup besar dan potensial.

Saya sendiri hampir tidak percaya ketika di akhir 1994, saya direkrut oleh Sekretariat Negara, lembaga yang di masa itu terasa menakutkan, dan terkesan sangat jauh dari Islam. Sebagai anak Masyumi yang selalu dicurigai sebagai ekstrem kanan yang kritis terhadap Orde Baru, saya merasa perlu berkonsultasi dengan Anwar Harjono sebelum menerima tawaran itu. Moerdiono, mensesneg ketika itu mengatakan kepada saya bahwa Presiden Soeharto suatu ketika mengatakan kepadanya bahwa saya ini "orangnya Natsir". Moerdiono mengiyakan, tetapi dia juga mengatakan kepada Presiden Soeharto bahwa saya masih muda dan bekerja secara profesional. Saya menyaksikan perubahan kebijakan Orde Baru terhadap Islam. Pada dasarnya saya tak memusuhi seseorang, tetapi bisa saja menentang kebijakannya yang tidak saya setujui. Karena itu, jika kebijakan berubah dan prilaku juga berubah, saya tak keberatan untuk bergabung. Sedikit banyak, saya ikut memberikan warna Islam pada ucapan dan kebijakan yang dijalankan pemerintah saat itu. Pancasila yang semula ditafsirkan sangat dekat dengan Kebatinan Jawa, secara perlahan mulai bergeser ke arah penafsiran yang sejalan dengan asas-asas Islam.

Bersamaan dengan itu, proses demokratisasi juga harus didorong. Walau saya menyadari bahwa jika demokratisasi berjalan, maka sendi-sendi Orde Baru yang justru dibangun dan ditopang dengan pemerintahan semiotoriter, pelan-pelan akan menjadi kekuatan yang akan meruntuhkan dirinya dari dalam. Hal ini lumrah jika terjadi, karena kekuatan yang didukung dengan cara-cara tidak demokratis, mustahil akan bertahan jika cara-cara yang demokratis mulai dilaksanakan.

Namun, perubahan kebijakan Orde Baru terhadap Islam terjadi pada saat-saat akhir menjelang keruntuhannya. Krisis moneter yang terjadi pada 1997, meluluh-lantakkan sendi-sendi perekonomian nasional. Keruntuhan ekonomi, dengan sendirinya akan berimbas pada keruntuhan kekuatan politik yang memerintah. Dalam situasi itu, menjelang Pemilu 1997, Presiden Soeharto telah menyinggung kemungkinan dirinya ''lengser keprabon, madeg pandito''. Namun, para pendukung setianya tetap menginginkan dia bertahan. Presiden Soeharto yang sudah terlalu lama berkuasa, mulai meragukan kemampuan pemimpin penerus, apakah mampu melanjutkan segala kebijakan yang telah dilakukannya. Ketika dipilih kembali tahun 1997, Soeharto mulai salah melangkah. Dia mengangkat Siti Hardiyanti Indra Rukmana, putrinya sendiri, dan Bob Hasan sebagai menteri.

Dalam suasana krisis ekonomi dan politik yang mulai mengancam stabilitas pemerintahannya, para aktivis reformasi mulai mengecam segala kesalahan kebijakannya, terutama terkait dengan maraknya KKN. Dalam situasi krisis yang makin dalam, kerusuhan terjadi di berbagai tempat, satu demi satu Presiden Soeharto mulai ditinggalkan para pendukungnya yang setia. Akhirnya dia seperti sendirian, ketika Saadillah Mursyid dan saya menemuinya pada malam tanggal 20 Mei 1998, dan Presiden Soeharto mengatakan akan berhenti keesokan harinya, setelah berbagai upaya untuk membentuk pemerintahan transisi --termasuk pembentukan Komite Reformasi dan mempercepat Pemilu-- gagal mendapat sambutan. Inilah titik akhir perjalanan Orde Baru. Namun, bukan titik akhir perjalanan Islam sebagai kekuatan sosial dan politik di Tanah Air. Islam telah, sedang, dan tetap akan memainkan peranannya dalam perjalanan sejarah bangsa dan negara kita, kini dan mendatang, baik dalam bentuk formal ideologis dan politis maupun dalam bentuknya yang lain.

Tuesday, January 22, 2008

Arti dan Kekuatan Sebuah Cinta

kalo orang berbicara cinta, sepintas orang-orang akan berpikiran tentang cinta antara sepasang kekasih, laki-laki dan perempuan. Padahal makna cinta amat luas, dalam pengertian bahwa cinta tidak harus melulu soal cinta kasih sepasang dua sejoli yang mabuk asmara. Cinta yang luas diartikan tidak melulu tentang hubungan seorang kekasih. ***

Sunday, January 20, 2008

Laporan Kerja hari Minggu, 20 Desember 2008

Hari minggu, 20 desember 2008, pada awalnya saya tidak akan berangkat ke kantor. tepat jam 08.30 ko Rudi telp katanya ada clientnya yang lagi cari rumah di daerah Bandung Utara. Budgetnya sendiri kurang lebih 500-600jtan. Akhirnya aku berangkat janjian bertemu dengan ko Rudi jam 13.00 untuk anter pembeli ke beberapa lokasi. Tepat jam 13.30 saya bersama ko Rudi dan pak Indra, buyernya melihat rumah-rumah di sekitar Setiabudi regency, Pondok Hijau dan Sarikaso. kalo feeling kelihatannya cocok lokasi dan bangunan yang sarikaso. hanya masalah budget mungkin yang diatas plafon. kalo yang setiabudi regency lumayan jauh, tapi harga berada di area plafondnya. ya ............ kita tunggu aja mana yang akhirnya cocok. yang jelas mencari rumah dengan budget 500-600jt di daerah Utara susah-susah gampang. ***

Wednesday, January 16, 2008

Perjuangan yang Berbuah HASIL......

.... tepat hari Rabu, 16 Januari 2008, pukul 10.00 WIB pagi hari saya mendapat telp dari seseorang yang bernama pak Tresna. Ia menanyakan lokasi X di daerah Dago yang diakses dari Internet. Ia bertanya tentang lokasi dan aksesnya. Katanya jam duaan nanti mau telp lagi. Wahh saya senangnya bukan main, karena blogku sudah mulai ada yang mengakses dengan calon buyer yang relatif serius. Akhir tepat jam 12.30 saya kembali mendapat telp dari Kresna pada saat saya udah di kantor. Akhirnya kami janjian lihat lokasi sekitar pukul 14.00 Wib siang. Tepat jam 14.00 saya dan Tresna udah di lokasi. Sungguh luar bisa .... ia tidak banyak berkomentar, lihat lantai satu, kemudian lantai dua, kemudian lihat view, dan saat ngobrol dilantai dua ia langsung tawar Rp 850.000.000,- (sungguh luar biasa, jika Allah swt sudah berkehendak menggerakan hati manusia untuk ambil keputusan). Selang beberapa waktu kemudian kami bubaran dan sekitar pukul 15.00 s.d 17.00 terjadi negosiasi harga dan cara pembayaran serta waktu pembayaran. Subhanallah, Allah maha suci dan maha besar. tepat pukul 17.30 Pak Tresna dengan serius akhirnya memberikan tanda jadi pembelian rumah sebesar Rp X ..... Allahu Akbar Allahu Akbar. Engkau maha besar, engkau maha pengasih ya .... Allah. Manakala kekuatanmu KAU tunjukkan, akhirnya rumah di lokasi ketemu dengan calon pembelinya.... Luar biasa. tepat pukul 18.00an kami bertemu tiga pihak di rumah penjual. Kami pihak broker, pihak penjual dan pihak pembeli menandatangani SURAT PESANAN pembelian rumah. Ya Allah semoga lancar, ..... aku langsung teringat anakku Sasha dan interiku. terbayang raut muka penuh kebahagiaan manakala mendapat kabar aku closing angka dan langsung pembelinya kasih tanda jadi. begitu juga saat aku kasih tahu bahwa besok hari Kamis, 17 Januari 2008 aku akan transaksi sebuah rumah di daerah Cijaura dengan nilai transaksi Rp X. Lega dan puji syukur kepada Allah Swt atas semua nikmat dan karunia yang telah kau berikan pada hamba ini. Tak terisi wajah, aku terharu dan menitikkan air mata kebahagiaan atas semua kejadian yang terjadi ini........ terima kasih ya Allah Swt engkau memang MAHA BESAR...***

Tuesday, January 15, 2008

Pura-pura jadi model cilik




Wah gaya anakku yang lucu mesti diabadikan nich ............. (baju warna oranye)

Sasha lagi jadi model cilik, hehehe .....



Namaku Khansa Fakhirah Darmawan. Panggilan sehari-hariku adalah Sasha. Usiaku hampir mendekati empat tahun, tepatnya aku lahir pada tanggal 7 Februari 2004. Jadi hari Kamis, 7 Februari aku akan ulang tahun yang ke empat tahun. Saat ini aku udah sekolah di play group di Kelurahan Sukapura Kecamatan Kiaracondong. Aku sendiri tinggal bersama kedua orang tuaku di komplek Tamansari Manglayang Regency Blok C2 No 68. Ayahku sendiri bernama Wawan Darmawan dan ibu bernama Efa Sofiah. Aku punya kegemaran bernyanyi di depan TV bersama ayah dan ibu, khususnya pada hari minggu, saat kedua orangtuaku liburan di rumah. Aku paling senang bersahabat dan banyak teman. Sementara itu dulu informasi tentang aku, jika ada yang mau berkirim surat atau berkunjung ke rumahku ditunggu ya. Terima kasih. ***

Monday, January 14, 2008

Sasha , anakku yang lucu dan cantik .... usia 1,5 tahun


Sasha kecil pada saat berusia 1,5 tahun. Ah ... lucu sekali anakku ini. engkau menjadi energi spiritku. Energi untuk terus bekerja dan produktif. Annaku lahir pada tanggal 7 februari 2004. jadi saat ini sudah berusia hampir empat tahun.

Thursday, January 10, 2008

Terima Sumbangan Infak dan shodaqoh untuk Pembangunan MESJID AL-BAITULLAH MANGLAYANG REGENCY RW 25
















AlMesjid-Baitullah ini mulai dirintis dibangun sejak tahun 2005. Dimulai dari pengurusan izin ke PT Wika Realty yang menjadi Developer pembangunan Komplek Tamansari Manglayang Regenci, daerah kaki gunung Manglayang, Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Lokasi yang dipilih adalah fasilitan umum yang berada di RW 25 RT 05. Setelah mendapat izin dari PT Wika Realty, Panitia kemudian membuat semacam "izin tetangga" yang kebetulan rumahnya berada di sekitar lingkungan proyek mesjid ini. Ada pro-kontra pada awal-awal sosialisasi, tapi panitia tetap gigih dan istiqomah untuk menjelaskan betapa keberadaan Mesjid di RW 25 ini menjadi penting. Paling tidak ada beberapa alasan, diantaranya, yaitu :
1. Mesjid ini menjadi tempat beribadah kaum Muslimin di lingkungan RW 25
2. Mesjid ini menjadi tempat dakwah dan pembelajaran buat pengajian anak-anak, ibu2 dan
bapak-bapak
3. Mesjid ini menjadi media sosialisasi, konsolidasi dan media komunikasi diantara warga RW 25
4. Mesjid ini menjadi media pemberdayaan sosial kemasyarakatan dan ekonomi warga 25

Dengan dasar itulah setelah mendapat kepastian izin PT Wika Realty dan "Izin Tetangga" kemudian melakukan penggalangan dana yang bersumber dari sumbangan warga, PT Wika, dan donatur di luar lingkungan komplek. Alhamdulilah tanggal dan bulannya lupa lagi, kira2 tahun 2007 dimulailah pembangunan pondasi mesjid. Setelah pondasi selesai, pembangunan sempat lama ............ sekali gak dilanjutkan sehubungan dengan masalah Dana dan konsolidasi panitia pembangunan mesjid yang kedodoran (maklum, semua warga hampir bekerja, berangkat pagi pulang malam hari). Namun akhirnya tepat bulan Agustus 2007, panitia kembali melanjutkan pembangunan setelah sumbagan dari berbagai pihak mengalir ke pihak panitia. Pembaca dapat melihat progress sementara pembangunan mesjid ini. Photo ini diambil pada saat dikerjakan bulan Agustus s.d September. Sedangkan pada bulan Oktober - Nopember - Desember dilakukan penutupan mesjid yang atapnya dari asbes mengingat waktu itu mau dipakai untuk sholat taraweh dibulan ramadhan. Jika ada bapak/ibu yang berniat untuk memberikan infak dan sumbangan, kami dari Panitia pembangunan Mesjid Al-Baitullah ini akan menerimanya dengan senang hati. Jika tidak keberatan bapak dapat menyempatkan melihat kondisi bangunan di alamat : Komplek Tamansari Manglayang Ragency, Blok E atau Blok C2 No 68 dengan menghubungi saya, Wawan Darmawan atau telp 022 - 70801014 atau Hp 0813 9516 2180. Jika akan memberikan infak dapat menghubungi kami atau bapak juga dapat mentransfer uangnya ke nomor rekening 80901664 BCA Kcp Ahmad Yani, atas nama bapak Wawan Darmawan. Jika sudah transfer tolong confirm biar kami dapat membuatkan kuitansi penerimaan dan akan dikirim ke alamat rumah/kantor bapak. ***

Wednesday, January 9, 2008

masih di warnet Supratman .....

malam ini waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Aku masih di warnet supratman. yahh aku sudah manargetkan bahwa di tahun 2008 ini aku harus dapat income rutin tidap bulan Rp 10.000.000,- .... maka kerja aku harus ditingkatkan menjadi tiga kali lipat waktu orang bekerja biasa-biasa saja. Mental, beragama, beramal, dan follow up pembelipun harus ditingkatkan frekuensinya......

Sunday, January 6, 2008

Akhirnya aku dapat Jawaban

akhirnya aku dapat jawaban bahwa rombongan mertuaku, isteri dan anaku telah berangkat, dan sekarang lagi ke manglayang terlebih dahulu untuk menjemput kakak iparku yang kedua, teh Lala. Kemudian aku sms, agar mereka jemput aku setelah sampai di Ciawi, tepatnya di mesjid Ciawi, lokasi alun-alun Ciawi. Kuputuskan untuk berhenti dulu, dan kemudian aku persiapan untuk sholat ashar di mesjid Ciawi, sekaligus merenungkan akan arti penting apa yang sedang aku perankan sekarang dan mengapa aku "rela-rela" menunggu rombongan menjemputku di Ciawi sampai dengan hampir 4 jam lebih. Tiada lain dan tiada bukan adalah karena ku ingin bersilaturahmi dan mengunjungi kakak iparku yang pertama sekaligus melihat bayi kedua A Isep. Ternyata Silaturahmi mempunyai kekuatan yang dahsyat yang dapat merubah seseorang, yang dapat menjadi energi pendong untuk "menunggu". Arti cinta dan silaturahmi dapat menjadi kekuatan yang amat dahsyat manakala aku juga ingin ketemu anak dan isteriku untuk pergi bersama rombongan ke Ciamis. Semua aitu tentu ada hikmah yang aku ambil dan pelajari. Paling tidak case ini memberikan pelajaran kepadaku bahwa cinta, impian, dan keinginan sebenarnya dapat kita setting baik agenda, waktu dan tentu setting mental. Artinya ketika aku mengimpikan dapat hidup sebagai seorang yang kaya, mempunyai rumah besar, rumah banyak, isteri cantik anak pintar, punya kendaraan yang cukup, dan tabungan atau deposito yang banyak, sebenarnya hanyalah masalah mainset atau program di Otak kita. Ketika otak kita telah diprogram untuk menuju cita-cita tersebut, tentunya dan seharusnya program-program actionnya juga harus menuju dan melangkah ke arah impian atau cita-cita tersebut. Dan hanya dengan kerja keras, kerja cerdas, kelueletan dan kesabaran, semua impian dan cita-cita tersebut dapat kita capai dengan lancar, mudah, dan sukses .................... amien. udah dehc aku ke mesjid dulu, mau sholat ashar. Yang jelas tulisan ini kau buat di sebuah warnet di kota Tasik, tepatnya di Ciamis, alun-alun Ciamis. Semoga.***

Saturday, January 5, 2008

Menunggu, Mertua, Isteri, Anaku, di belokan Ciawi

.... waktu sudah menunjukkan pukul 14.38. Hari Minggu, 5 Januari 2008, aku dan rombongan dari kantor abis silaturahmi ke pernikahan Riri, adik tingkat sesama alumni Jurusan Teknik Bangunan UPI. Ia angkatan 1998. berangkat tadi jam 09.00, dan saya nunggu di Cileunyi dekat pintu menuju pintu tol dan arah ke Tasikmalaya. Persis aku nunggu sama A Isep yang kebetulan bareng2 berangkat dari rumah di Manglayang Regency pukul 08.30. Tepat jam 09.30 mobil rombongan p Dandung datang dan kami berangkat ke Tasikmalaya, Ciawi. Sampai di Ciawi yaitu pukul 11.15 . Ya hhhhh Riri nikah dengan pacarnya yang dulu pada saat kuliah. Beres acara kemudian kami pulang dan nyempatin sholat di mesjid agung Ciawi. Beres Sholat dhuhur, rombongan p dandung langsung menuju bandung, sedangkan aku menunggu di warnet simpang jalan ciawi yang ke arah Kab Ciamis. Hampir dua jam aku di warnet, belum juga dapat kabar keluarga udah pada berangkat atau belum? kasihan deh gua, .............. nunggu terus di sini ..... ya, aku buka2 bloggu, sampai up date data. akhirnya aku sms kembali ke A Isep, kakak Iparku yang bawa mobil penjemput rombongan. Tapi sampai tulisan ini ditulis belum juga dapat jawaban, heeeeee.

Bajalar Bahasa Inggris

malam tadi, aku pulang agak larut dari rumah mertua di kiaracondong. Saya "disanderan" putri tercintaku Sasha yang minta aku jangan pulang. Sasha bilang, "ayah jangan pulang, kan Sasha kangen sama ayah,". Lucu sekali anakku itu. akhirnya aku ajari ia menulis, berhitung, dan belajar mengucapkan angka-angka dalam bahasa Inggris, heeeee, dan ia bisa mengucapkannya. Aku bangga sekali aku ini sebagai  ayah.
Sasha memang cerdas dan cepat menangkap sinyal-sinyal bahasa dari luar. akhirnya tanda sadar, otakku putar agar aku bia belajar bahasa Inggris dan termotivasi untuk belajar bahasa Inggris. Satu tulisan mengatakan bahwa toh bahasa itu adalah kumpulan huruf-huruf yang mati, mengapa kita harus takut untuk mempelajrinya.
Mengapa kita agak segan untuk membaca-bacanya? Setuju ??

Friday, January 4, 2008

anakku yang lucu, adalah energi hidupku!!







Oh .... Sasha anakku (pakai pakaian warna merah) lagi main dan bergaya dengan teman-temannya. Kamu lucu sekali ..... ayah gak akan cape2 dalam bekerja manakala ingat anakku, Sasha. Nama lengkanya adalah Khansa Fakhirah Darmawan. ***